155 Puisi Kemerdekaan Indonesia
Satu Kata Merdeka
Suara derap langkah sepatu besar terdengar hingga seantaro medan perang
Kau berbegas maju menghardik musuh dengan garang
Sepucuk pistol kau bidikkan ke arah lawan
Hingga musuh tumbang tak mampu lagi bertolak pinggang
Kau fokuskan kedua matamu pada musuh
Dengan sigap kau arahkan lagi pistolmu ke arah tentara penjajah
Namun sayang, desiran granat meledak dahsyat
tepat di depan langkahmu terakhirmu
sang pahlawan terguncang degan dahsyat
tubuh tercabik berlumuran darah merah
wajahmu hampir-hampir tak lagi dapat dikenali
disaat terakhirmu kau bisikkan satu kata terindah yakni “merdeka”
—
Pahlawan yang Hilang
Dimana lagi kan kutemukan keberanianmu
Dimana lagi kan kutemukan pekik teriak semangatmu
Dimala lagi ku temukan sosok sepertimu
Wahai pahlawan
Beribu hari telah kulalui
Jutaan hari telah kuhitung dengan jemari
Namun tak mampu jua kutemukan
Sosok pahlawan sejati
Kumeniti jalanan penuh onak dan duri
Menyusuri gurun pasir yang kering kerontang
Dimanakah kan kutemui lagi
Sosok sepertimu wahai pahlawanku
Puisi Pahlawan 2 Bait
Pahlawanku
Demi negeri
Kau korbankan jiwa
Demi bangsa
Kau taruhkan nyawa
Maut menghadangmu
Di medan perang
Kau pun beranggapan
Itu hanya hiburan
—
Puisi Pahlawan – Bulatkan Tekad
Tegarlah seperti batu karang
Keraskan segala usaha
Jangan hanya suara kita
Karena hasil tak menghianati usaha kita
Kita berjalan bersama asa
Untuk negeri ini setiap hari
Aku tak ingin lagi
Melihat pertiwi menangis
—
Kobarkan Semangat
Selama matahari masih bersinar
Aku tak pernah berhenti
Walau itu hanya sebentar
Untuk melindungi dan mempertahankan
Meskipun aku akan bersatu dengan tanah airku
Bersama darah dan keringatku
Mari bersatu
Para penerusku
—
Korban Pahlawan
Kau memiliki yang tak kumiliki
Kau gunakan untuk hidupmu
Kau gunakan untuk hidup kita
Waktumu untuk kami
Kehidupanmu tak kau pedulikan
Pikiranmu, tenagamu, perhatianmu untuk mereka
Setiamu, tawamu, pengorbananmu
Hanya untuk senyum mereka
—
Tentang Pahlawan
Dadamu penuh dengan wajah
Karna kau pedulikan mereka
Mendahulukan keselematan mereka
Hingga kau rela berkorban
Kau pahlawan sebenarnya
Yang selalu berkorban demi kita
Selalu berjuang
Tanpa alasan dan balasan
—
Puisi Perjuangan – Tanah Darahku Darahmu
Aku tak ingin melihat bangsaku tersungkur
Kalah oleh waktu
Aku tak ingin melihat bangsaku tenggelam
Oleh kehancuran dari penjajah
Tekad setinggi langit
Untuk tanah air ini
Mereka berkorban
Percaya diri penjajah pun mulai menyusut
Puisi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
17 Agustus 1945
Takut, menakuti, dan ditakuti.
Semua sibuk ditindas.
Semua sibuk menindas.
Tangisan sudah seperti makanan
Teriakan sudah tanpa arti
Haus, lapar, kedinginan, sudah biasa
Lantunan suara senapan
Gemuruh suara bom
Semua sudah seperti perayaan kembang api dimalam tahun baru
Sekarang!
Semua itu sudah berlalu
Semua sudah sangat nyaman
Semua sudah sangat aman
Apa yang kalian lakukan?
Apa yang sudah kalian perbuat untuk negeri ini!
Belajar masih malas
Mengerjakan PR apa lagi
Mau di jajah lagi?
Kalian adalah generasi penerus
Kalian adalah pemimpin kelak
Kalian adalah Anak Indonesia
Semangat!
Merdeka!
Jangan kecewakan para pahlawan!
—
Kebebasan Menuai Kebahagiaan
Udara kebebasan memberi kesejukan dihamparan bumi pertiwi
Bebas berkreasi tanpa jerit tindasan duka
Teringat dahulu di zaman penjajahan Belanda berkala
Tangis berderu menguak keadaan takut
Kebebasan menuai kebahagiaan Indonesia
Anak manusia tersenyum bahagia di rumah aman
Musuh sudah terlenyapkan oleh para pahlawan
Problematika kemerdekaan telah terlewatkan
Anak negri dengan mudah menggapai mimpi
Tak sekeras kerja rodi melelahkan diri
Gangguan sekitar enggan memuncul kepermukaan
Layaknya dahulu bom atom menghancurkan keadaan
Tercipta kemanusiaan yang adil dan beradab
Rukun nan indah dengan saling toleransi tinggi
Tolong-menolong dan gotong royong menjadi tradisi
Musyawarah untuk menyusuri jalan perdamaian
Kebebasan melindungi tanah air tercinta
Berada di tempat yang berdaulat, adil, dan makmur
Kita satukan persatuan dan kesatuan bangsa
Sampai Indonesia teruskan tetap berjaya
—
Semangat Pemuda Membangun Peradaban
Jiwa mudamu menentukan nasib dunia
Api semangat mengobar untuk melindungi manusia
Menjaga keutuhan bangsa dari sudut kecil mata
Melenyapkan musuh yang tersembunyi dikesepian
Tidak akan aku biarkan Indonesia merdeka bercerai-berai
Dahulu pahlawan pembela terus semangat berjuang
Melumpuhkan serangan berjuta tentara perang
Engkau pertaruhkan hidupmu di ujung pedang tajam
Semangat pemuda membangun peradaban
Mampu bersaing dengan negara satu dengan yang lain
Pegang teguh dasar panutan bangsa Indonesia
Hingga luluh lantahkan manusia yang mengusik keutuhan
Indonesia merdeka harga mati sang pembela tanah air
Kebebasan yang tidak dapat di beli hanya ingin di hargai
Kesatuan mengumpulkan rumpun kerukunan negara
Mengamankan ciri kekayaan budaya dan adat istiadat yang dipunya
Hari merdeka …
Pemuda mengenang jasa pahlawan yang telah gugur
Terlukis dipeninggalan prasasti-prasasti peristiwa bersejarah
Genggam kuasa demi berdirinya kebebasan
Pertahankan dengan keras hasil kemerdekaan pahlawan
—
Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Indah sejarahmu terkenang di hari kemerdekaan
17 agustus menjadi saksi bebas dari serangan lawan
Jasa pahlawan yang bertaruh keras mempertahankan keutuhan
Menjadi kenangan sepanjang zaman hingga akhir hidup
Indonesia merdeka berkibarlah sang bendera merah putih
Membawa ke alam bebas bernapas lega tanpa nestapa
Mengenang cerita berderai tangis tumpah darah
Berada dikemerdekaan menghilangkan jeritan lara
Kini negara aman terjaga dengan persatuan kita
Berdiri dengan kokoh berlandaskan pancasila
Terangkai dalam Undang-Undang Dasar negara tahun 1945
Bebas tanpa terikat dengan hak asasi manusia
Indonesia merdeka ….
Terlahirlah pemuda dan pemudi bangsa yang cerdas
Menyongsong masa depan menggapai cita-cita dengan sergap
Menyiapkan anak panah yang siap ditembakkan pada sasaran
Demi menjaga persatuan dan kesatuan NKRI
Terbang ke awan menguak damai kebahagiaan
Seperti burung garuda menengok ke sebelah kanan membawa kebaikan
Kaki mencengkam semboyan erat kemerdekaan
Terpadankan dengan kata berbeda-beda tetapi tetap satu jua
Indonesia merdeka
Anak bangsa teriak bangga
Puisi Pahlawan 10 November
Mengenang Jasa Pahlawanku
Pahlawanku …
Tiada peristiwa seindah kisah seluruh perjuangan
Tiada kata seindah kata pengucapan proklamasi
Terbebaskan hingga sang merah putih terkibarkan
Terdengar lantunan merdu irama lagu Indonesia Raya
Pahlawanku …
Dunia telah mencatat harum namamu di dalam buku ilmu
Engkau telah berguguran atas nama demi persatuan
Menyatukan permasalahan yang menjadi perdebatan
Meraih kemenangan menggapai kedamaian dunia
Pahlawanku …
Peninggalan berharga tidak pernah terlupakan walaupun usang berdebu
Kerja keras meraih keadilan demi manusia
Terseok hingga putus urat nadi tak bersalah
hingga tertinggalkan kenangan yang sangat berharga
Pahlawanku …
Perjuangan itu kini teralih di kedua tangan kami
Menjaga keutuhan negeri yang akan kaya dengan sumber daya
Menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia
Dalam naungan indah kata dan falsafah pancasila
Jangan biarkan kami merusak keindahan negeri
Pahlawanku …
Perjuanganmu telah usai berabad yang lalu
Tepuk pundak kami untuk sekuat engkau berani
Tuntun kuasa kami untuk mengembangkan
Potensi diri dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia
—
Bebaskan Dari Senjata Tanah Air Tercinta
Perjuangan pahlawan terkenang selalu dalam ingatan
Tanah air tercinta terbebaskan dari sengsara ketakutan
Anak bangsa tersenyum bahagia saat merdeka jaya
Terhirup udara segar terhindar dari musuh yang bersenjata
Banyak bukti kerja keras perlawanan itu
Kini hanya menjadi sejarah yang tersimpan dalam buku ilmu
Dikenang sepanjang masa oleh para penjuru penghuni dunia
Tidak akan pernah terlupakan jasa yang sungguh berharga
Karna berkat kegigihanmu Indonesia berdiri kokoh dan aman
Bebas dari ancaman dan serangan yang merenggut maut
Bambu runcing menjadi tongkat kokohsenjata berharga
Pendobrak pembela bangunnyakata merdeka bangsa
Darah juang itu menghantarkan pada dunia yang sesungguhnya
Tanpamu pahlawanmungkin hari ini tidak akan secerah ini
Penindasan di negeri akan terus terjadi hingga menyayat nadi
Kejamnya hidup sendiri seperti kerja rodi yang terbukti
Prasasti-prasasti itu kini menjadi bukti peninggalan
Terngiang dipikiran alangkah sulitnya berjuang
Tidak bisa santai apa lagi berdiam diri dan terpatri
Indah sejarahmu terlukis cantik pada anak negeri
—
Pahlawanku
Tak gentar melawan musuh
Walau kening penuh peluh
Semangat geriliya bergemuruh
Tubuh berlumur darah
Tubuh penuh luka
Namun tak pantang menyerah
Untuk mengencat senjata
Mati…
Satu persatu nyawa menghilang
Gugur pahlawan di tanah juang
Darah yang tumpah tak sia-sia
Doa doa mengiringi
Jasa-jasamu di kenang anak bangsa
Sebagai pedoman membela bangsa
Bumi pertiwi menjadi bukti
Betapa engkau pahlawan sejati
—
Puisi Pahlawan – 10 November
Sebuah napak tilas pejuang bangsa
Sepenggal sejarah perjuangan pahlawan
Mati di tanah pertiwi
Demi berkibarnya sang saka merah putih
Menyerbu para penjajah
Bersatu dalam semangat dalam jiwa
Gugur…
Gugur para bunga bangsa
Ditanah pusaka demi kata merdeka
Agar kelak generasi merasakan sejahtera
Mati…
Mati para pejuang negeri
Menghembuskan nafas di bumi pertiwi
Duka di seluruh nusantara
Menjadi kenangan untuk anak bangsa
10 november mari menghening cipta
Puisi Pahlawan Anak SD
Pahlawanku
Oh pahlawanku kau memperjuangkan jiwamu untuk Indonesia
Oh pahlawanku kau rela mengorbankan jiwamu
Pahlawanku aku berjanji akan selal menyayangimu dan mencintaimu
Pahlawanku terima kasih kau telah mempejuangkan nyawamu
Oh pahlawanku
Kau telah berhasil melawan Belanda
Aku bangga kau memperjuangkan nyawamu demi Indonesia
Kau mengharumkan nama Indonesia
Kubangga Indonesia merdeka karenamu
Semoga kau dikirima Tuhan ke surga-Nya
Semoga jasamu tenang di alam sana
—
Jasa para pahlawan
Indonesia adalah tempatku dilahirkan
Akan tetapi perjuangan para pahlawan
yang membuat Indonesia menjadi merdeka
sangatlah tak mudah
Merdeka atau mati demi mengusir
para penjajah di Indonesia
Walaupun memakai senjata bambu rincing
dapat dimenangkan karena kegigihanmu
Tak akan sia-sia kau tumpahkan
darahmu untuk Indonesia
Karena aku akan menjaga Indonesia selama – lamanya
Terima kasih pahlawanku karena kau
telah berjuang untuk Indonesia
menjadi merdeka dan aman dari penjajahan
—
Pahlawan Bangsa
Dengan sepotong bambu runcing
Mereka siap membela
Dengan semangat berapi – api
Mereka siap berkorban
Demi bangsa dan tanah air
Tanah air yang dicintai
Tanpa rasa takut dan jengah
Mereka siap, sigap , dan pantang menyerah
Pahlawan ….
Jasamu sungguh besar bagi Tanah Air ini
Jasamu akan kami ingat
Terimakasih kami ucapkan
Pahlawanku…
—
Kakekku seorang pejuang
Semalam ayah bercerita
Tentang kakek yang pernah mengangkat senjata
Berjuang merebut kemerdekaan bangsa
Berkorban dengan jiwa dan raga
Kata ayah senjata kakek tidaklah canggih
Hanya bambu yang diruncingkan dengan rapih
Ia bergerilya melawan musuh
Yang mampu membunuh dari jarak jauh
Aku pun heran sejadi-jadinya
Kala tahu senjata kakek begitu sederhana
Mana mungkin kalahkan tank baja
Sehebat buatan kaum Belanda
Tapi itu terbukti, ayah melanjutkan cerita
Semangat menyala dan doa kuatkan mereka
Tak gentar hadapi musuh di depan mata
Meski harus meregang nyawa
Inginku lantunkan dalam bait
Betapa tegar kau menahan sakit
Sedihku tak terlukiskan
Bayangkan kau hidup penuh siksaan
Tapi kakek, ku yakin kau pun senang
Anak cucumu hidup dengan tenang
Tak ada lagi darah yang tergenang
Tak ada lagi musuh yang menyerang
Kemudian ayah berpesan padaku
Untuk terus semangat menuntut ilmu
Kenang mereka selalu dalam ingatan
Bahagiakan dengan prestasi yang membanggakan
Puisi Perjuangan WS Rendra
SAJAK MATAHARI
Oleh : W.S. Rendra
Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahri adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !
Yogya, 5 Maret 1976
Potret Pembangunan dalam Puisi
—
HAI, KAMU !
Oleh : W.S. Rendra
Luka-luka di dalam lembaga,
intaian keangkuhan kekerdilan jiwa,
noda di dalam pergaulan antar manusia,
duduk di dalam kemacetan angan-angan.
Aku berontak dengan memandang cakrawala.
Jari-jari waktu menggamitku.
Aku menyimak kepada arus kali.
Lagu margasatwa agak mereda.
Indahnya ketenangan turun ke hatiku.
Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku.
Jakarta, 29 Pebruari 1978
Potret Pembangunan dalam Puisi
—
LAGU SERDADU
Oleh : W.S. Rendra
Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak
Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali
Wahai, tanah yang baik untuk mati
Dan kalau ku telentang dengan pelor timah
cukilah ia bagi puteraku di rumah
Siasat
No. 630, th. 13
Nopember 1959
—
SAJAK ORANG KEPANASAN
Oleh : W.S. Rendra
Karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kami bukan sekutu
Karena kami kucel
dan kamu gemerlapan
Karena kami sumpek
dan kamu mengunci pintu
maka kami mencurigaimu
Karena kami telantar dijalan
dan kamu memiliki semua keteduhan
Karena kami kebanjiran
dan kamu berpesta di kapal pesiar
maka kami tidak menyukaimu
Karena kami dibungkam
dan kamu nyerocos bicara
Karena kami diancam
dan kamu memaksakan kekuasaan
maka kami bilang : TIDAK kepadamu
Karena kami tidak boleh memilih
dan kamu bebas berencana
Karena kami semua bersandal
dan kamu bebas memakai senapan
Karena kami harus sopan
dan kamu punya penjara
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu
Karena kami arus kali
dan kamu batu tanpa hati
maka air akan mengikis batu
Suara Merdeka, Jumat, 15 Mei 1998
Puisi Kemerdekaan Taufik Ismail
LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK
Karya: Taufiq Ismail
Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
‘Sudah Bebas Negeri Kita’
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
‘Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?’
—
DENGAN PUISI AKU
(Taufiq ismail)
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi aku bercinta
Berbaur cakrawala
Dengan puisi aku mengenang
Keabadian Yang Akan Datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutuk
Napas jaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
—
KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI
Karya: Taufik Ismail
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
(1966)
—
Sebuah Jaket Berlumur Darah
Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.
Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.
Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.
Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.
—
Kembalikan Indonesia Padaku
(Taufik Ismail)
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Paris, 1971
Belum ada Komentar untuk "155 Puisi Kemerdekaan Indonesia"
Posting Komentar